Selasa, 13 Juli 2010

TAHAPAN RUHUL UKHUWAH "UKHUWAH ISLAMIYAH"

Ukhuwah Islamiyah bukanlah sekedar saling kenal dan saling mencintai layaknya banyaak orang ketahui, coba baca disini...begitu indah jalinan kasih sayang yang dilandasi dengan ukhuwah...

SEBUAH POTRET DARI UKHUWAH ISLAMIYAH


Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Kita tidak akan bisa menyatakan pada orang lain bahwa kita adalah seorang muslim apabila kita tidak berusaha menampilkan kebiasaan-kebiasaan yang Islami, maka bagaimanakah menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan Islami itu. Sesungguhnya kebiasaan merupakan gabungan antara pengetahuan, keinginan, dan keterampilan. Karena itu untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan Islami tentu perlu terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan Islam yang cukup. Dengan modal itu kita akan termotivasi dan memiliki keinginan, kemudian setelah itu baru akan terasahlah keterampilan kita. Sehinga kita tidak perlu malu jika kita tampak tampil Islami.


Selanjutnya adalah membangun paradigma yang islami serta bersikap yang islami. Nah perubahan paradigma merupakan tahap awal dari perubahan perilaku. Karna memang paradigma merupakan kekuatan yang sangat besar yang dapat mengubah perilaku seseorang. coba kita bayangkan masa lalu kita, keberhasilan atau kegagalan kita adalah buah paradigma yang kita bentuk. Karena paradigma yang benar akan melahirkan energi yang besar untuk melakukan suatu perbuatan.


Maka logislah jika kita harus berparadigma yang Islami, membiasakan hidup Islami. Karena, ketika kita seorang muslim maka ketika itulah tali persaudaraan mengikat kita dengan saudara semuslim lainnya, dan secara otomatis sudah keharusan bagi kita sesama muslim menunjukan identitas Islami yaitu dengan menguatkan Ikatan Ukhuwah Islamiyah diantara kita.


Nah berbicara tentang ukhuwah, saya akancoba mulai dengan sebuah kisah ketika saudara saya mengunjungi rumah seorang temannya sambil sambil membawa sedikit bingkisan. Ketika sampai dirumahnya, si dia merasa sangat gembira sekali dengan kunjungan saudara saya ini. Si dia berkata seperti ini pada saudara saya saudara “saya sangat bersyukur sekali hari ini. Pertama, karna saya mendapatkan kunjungan dari kamu saudaraku, setelah sekian lamanya tidak ada seorang pun teman yang mengunjungi saya ke rumah ini. Rasanya saya seperti terlempar dari pergaulan teman-teman. Tapi dengan kunjungan ini kamu kesini membuat saya kembali hidup dan merasa ditarik kembali untuk bergerak bersama-sama. Kedua, kamu telah membawa bingkisan untuk kami di sini. Barang kali bingkisan ini kecil nilainya bagi kamu, tapi jujur ini sangat berarti bagi kami disini. Sungguh kamu adalah saudara ku yang baik, perlu kamu ketahui  sudah beberapa hari ini keluarga saya hanya memakan ubi-ubian saja” tetapi hari ini kami bias menikmati oleh2 darimu yang begitu luar biasa ini. Terimakasih teman… Nah ketika itu saya merasakan sesuatu yang berbeda, ternyata ukhuwah itu ternyata begitu dan silaturrahim itu sangat berarti dalam keseharian seorang muslim dengan muslim yang laiinya.


Pengalaman serupa, mungkin sudah banyak sekali kita jumpai dengan keaneka ragaman cerita yg kita dapatkan di surat kabar, televise, dan media lainnya atau mungkin telah kita dapatkan di kehidupan sehari-hari. Semuanya akan berujung pada tanda tanya, sebegitu redupkah tali persaudaraan yang kita miliki saat ini. Sebegitu keringkah telaga ukhuwah sesame muslim hari ini.??? Sehingga hanya satu saja teman yg mau berkunjung kerumah temannya sesame musli lainnya??? Semoga saja tidak…..


Potret ukhuwah islamiyah yang telah dilakoni para pendahulu telah menggoreskan kesan mendalam yang teramat indah bagi peradaban manusia. Bagaimana tidak, seseorang rela mati demi saudaranya. Mereka lebih memilih lapar bagi dirinya daripada saudaranya yang lapar. Mereka lebih mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan diri mereka sendiri meskipun mereka teramat membutuhkannya. “Dan contoh lain yaitu ketika orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman yaitu ketika masa rosululloh (kaum Anshar) pada saat kedatangan saudaranya dari makkah (kaum Muhajirin) mereka kaum anshar begitu bahagia menyambut dan mencintai saudaranya yang berhijrah, memberikan perlenkapan dan kebutuhan hidup untuk saudaranya. Dan itu semuanya tiada menaruh keingan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada (kaum Muhajirin) dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.


Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-Hasyr: 9)

Senin, 12 Juli 2010

INSTROPEKSI DIRI

Begitu besar jasa dari kedua orang tua kita pada diri kita, betapa banyak produk kebaikan dari mereka yang telah kita konsumsi dengan cuma-cuma tapi pernahkah kita berfikir untuk dapat menjadi produsen kebaikan-kebaikan buat mereka...???

coba kita renungkan...!!!Kapan terakhir kali ibu

21.000 KM KE MANA...???

Beberapa waktu yang lalu saya melihat pencatat jarak di sepeda motor saya sudah menunjukkan angka sekitar 21.000 km!! Angka yang luar biasa menurut saya, walaupun memang sudah hampir dua tahun saya mengendarai motor ini. Penasaran, saya lalu mencoba mencari tau kira2 21.000 km itu sejauh mana sih? Dan di internet saya mendapati bahwa keliling bumi itu sekitar 42.000km!!, wow, ternyata sepeda motor saya telah menempuh hampir setengah keliling bumi, dan artinya saya pun begitu (karena motor saya ga terlalu sering dipakai oleh keluarga atau
teman2 lain). Sungguh mengagumkan, dan saya tidak bisa membayangkan berapa angka yang tercatat pada motor2 lain yang sudah bertahun-tahun digunakan, mungkin sudah sama dengan dua kali mengelilingi bumi bahkan lebih.
Dalam bidang fisika yang saya tekuni, di kenal dua istilah, yaitu Distance (jarak) dan displacement (perpindahan). 21.000 adalah jarak yang telah saya dengan motor saya tempuh namun perpindahannya? Hampir tidak ada. Walau sudah menempuh perjalanan sejauh itu saya masih tetap saja tidak beranjak dari padang atau padang panjang, tetap si sumatera barat, bukan di mana-mana. Padahal kalau di jadikan perjalanan lurus ke timur, setidaknya saya sudah sampai di benua amerika sekarang

Lalu bagaimana jika kita analogikan dengan hidup kita? Sudah seberapa lama kita hidup? Dan sudah seberapa jauh pencapaian kita? Apakah puluhan tahun kehidupan kita hanya tercatat sebagaimana layaknya jarak? Atau sudahkah ia layaknya perpindahan? Kita bisa ubah variable km menjadi waktu dan perpindahan sebagai apapun yang dapat mengukur pencapaian kita. Mari kita lihat! Jika pencapaiannya adalah ketenaran, 23 tahun telah cukup membuat seorang leonel Messi menjadi seorang yang terkenal di dunia ini. Jika uang yang menjadi ukuran kita, 23 tahun juga telah cukup bagi Messi untuk menperoleh gaji sebesar 33 juta euro (sekitar Rp.401,9 miliar) per tahun, melebihi gaji seorang presiden Indonesia atau negara manapun. jika takarannya jabatan akademis, 38 tahun sudah cukup bagi Anies Baswedan untuk menjadi seorang rektor universitas Paramadina dan menjadikanya rektor termuda di Indonesia. Politik? Cukup 41 tahun dibutuhkan Anas Urbaningrum menjadi seorang ketua umum partai Demokrat. KH M Zainul Majdi atau lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang menjadi gubernur termuda di Indonesia, beliau resmi dilantik menjadi gubernur NTB pada 2008 silam dengan usia baru 36 tahun. Akademik? Alia Sabur, seorang wanita kelahiran New York, USA, 22 febuari 1989 ini hanya perlu berusia 19 tahun untuk diangkat menjadi professor pada tahun 2008 dalam bidang sains dan engineering. Dan cukup dengan usia 5 tahun saja bagi seorang Muhammad Husein bin Thoba Thoba’I, si amazing kid, untuk menjadi seorang hafidz alqur’an, 30 juz!! Di Indonesia, kita punya Afzalurahman Assalam dan Faris Jihady Hanifa, kedua anak tertua dari 10 buah hati Bapak Mutamimul Ula (anggota DPR R! dari fraksi PKS) dan Ibu Wirianingsih (Ketua umum PP salimah dan Staf Kaderisasi DPP PKS) ini telah hafal al-quran sejak umur 13 dan 10 tahun!

Pertanyaan sekarang tentu, “bagaimana dengan kita”?? Berapa waktu yang sudah kita jalani? Dan sudah sejauh apa umur itu membawa kita? Imam Hasan al Banna pernah berkata” Kenyataan hari ini adalah mimpi masa lalu dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok”. Benarkah? Benarkah kehidupan kita sekarang adalah mimpi kita dulu? Dan sejauh mana usaha kita untuk mewujudkan mimpi kita hari ini agar menjadi kehidupan kita besok? Wasiat Imam hasan albanna ini tidak akan kita dapai jika kita membiarkan hidup ini bak air mengalir saja. Usaha yang biasa2 saja juga akan memberikan hasil yang biasa2 saja. Kita butuh usaha keras dan bekerja cerdas tidak peduli apapun mimpi kita dan variabel apapun yang kita adikan sebagai acuan.

Waktu, lagi-lagi waktu, tidak diragukan lagi semua bergantung seberapa efektif kita menggunakan waktu. Allah bersumpah demi waktu dalam slah satu surat dalam al-qur’an (menunjukkan betapa pentingnya waktu). Rasullullah pun pernah berkata, “Dua nikmat yang paling sering dilalaikan manusia adalah nikmat kesehatan dan waktu luang. Semoga 21.000 km yang tidak membuat saya kemana-mana selama hampir 2 tahun ini tidak merefleksikan kehidupan saya, saudara/iku yang membaca tulisan ini, dan dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua. Wallahua’lam.